Rabu, 28 April 2010

FILSAFAT ILMU PENANAMAN MODAL

Islam adalah agama yang sangat memuliakan proses pencarian, penguasaan dan pengembangan sebuah ilmu pengetahuan. Fakta itu terungkap dari kata "ilmu" itu sendiri yang secara etimologis berasal dari serapan bahasa Arab, yakni "ilm" yang berarti memahami, mengerti atau mengetahui.

Di dalam Al-Quran, kata 'ilmu' beserta serapannya disebut lebih dari 780 kali. Hal ini menandakan bahwa Allah SWT sangat menginginkan umat-Nya dapat menjadi khalifah di dunia dengan cerdas dan berilmu tinggi. Bagi Islam, hakekat dan eksistensi umat manusia akan tergantung dari pranata sosial yang dimiliki seseorang yang tingkatannya tergantung dari kadar ilmu pengetahuan yang dikuasai.

Begitu pentingnya manfaat ilmu, sampai-sampai Alah SWT menjanjikan kemuliaan bagi umat-Nya yang selalu berupaya menggali proses keilmuan di dalam kehidupan. Melalui QS Al-Mujadalah 58:11, Allah SWT berjanji akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Sementara pada hadis yang dirawayatkan HR Ibnu Adi dan Baihaqi, Muhammad SAW bersabda; "Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim."

Tugas manusia untuk terus menggali dan merumuskan ilmu pengetahuan sangat sejalan dengan kelebihan kemampuan yang dimilikinya dibanding dengan mahluk lainnya. Kemampuan manusia menjawab segala hal yang terjadi disekelilingnya tidak lepas dari kesempurnaan sosok manusia yang diciptakan Allah SWT. Manusia telah dibekali oleh seperangkat akal dan pikiran sehingga memiliki kemampuan untuk selalu menggali berbagai pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan.

Karena itulah mengapa umat manusia selalu terdorong memiliki rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada dan sedang terjadi di sekitarnya. Segala persoalan yang mengemuka disekitarnya itu kemudian dijawab melalui berbagai pengetahuan yang berhasil dirumuskan. Berbagai pengetahuan yang lahir kemudian berproses dan berkembang menjadi berbagai cabang keilmuan. Hal itu terus bergulir dan mengalami perkembangan selaras dengan kemajuan kaidah berpikir atau logika umat manusia. Dan peristiwa yang sama juga terjadi terhadap keberadaan Ilmu Penanaman Modal.

Untuk memahami keberadaan, hakekat, tujuan dan latar belakang Ilmu Penanaman Modal dapat dilakukan melalui pendekatan ilmu filsafat. Pendekatan filsafat akan mengenali dan mengetahui Ilmu Penanaman Modal sehingga mudah diletakkan pada posisinya (dan memperkaya jumlah keilmuan yang ada).

Dengan kata lain, Filsafat Penanaman Modal akan membantu penyelidikan mengenai hakekat Ilmu Penanaman Modal sehingga mudah ditelusuri, digali dan diselidiki secara mendalam. Dengan pendekatan tersebut, disiplin, konsep dan teori tentang Ilmu Penanaman Modal akan mudah dianalisa dan diklasifikasikan.

Filsafat Ilmu Penanaman Modal menjelaskan hakekat Ilmu Penanaman Modal dengan cara menjelaskan, mengartikan dan memosisikan ilmu tersebut secara benar di antara ilmu-ilmu lainnya. Dengan pendekatan itu, peranan Ilmu Penanaman Modal dapat diuraikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk memahami manfaatnya dalam berbagai aspek kehidupan, dengan cara mengkajinya berdasarkan pengamatan:
  1. Aspek Ontologis.
    Ilmu Penanaman Modal adalah bidang ilmu yang berperan dalam merumuskan konsep dan implementasi tentang permasalahan penanaman modal. Persoalan penanaman modal pada suatu bangsa akan terus bergejolak dan berkembang mengikuti peradaban manusia dalam beradaptasi dengan globalisasi. Karena itu, objek yang dikaji dalam Ilmu Penanaman Modal adalah bidang pengetahuan yang bermanfaat dalam menciptakan kreativitas ekonomi yang riil, produktif, kolaboratif serta berdampak luas (karena berkesinambungan) dengan peradaban umat manusia.
    Untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan suatu peradaban, seluruh kreativitas ekonomi harus dilakukan melalui kaidah tertentu yang disebut Prinsip Penanaman Modal: "Kolaborasi berbagai sumber daya pada suatu kreativitas ekonomi akan memberikan dampak lebih bermanfaat". Kreativitas ekonomi diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan secara proaktif, inovatif dan penuh inspiratif. Sementara semakin banyak sumber daya yang efektif dan efisien yang digabung dalam aktivitas ekonomi (penanaman modal) yang kreatif akan memberikan kemaslahatan lebih besar.

  2. Aspek Epistimologis.
    Ilmu Penanaman Modal lahir karena aktivitas penanaman modal yang sudah demikian menyatu dengan segala aspek kehidupan. Jika kegiatan ekonomi tunduk pada aktivitas sosial-budaya masyakat, maka hal tersebut tidak terjadi di bidang penanaman modal. Kini tidak sulit mempengaruhi atau merubah perilaku sosial-budaya masyarakat melalui dampak penanaman modal. Hal ini dapat dibuktikan bahwa perilaku suatu bangsa mudah dipengaruhi oleh aktivitas penanaman modal yang terjadi melalui perkembangan industri (penanaman modal) berbasis teknologi, telekomunikasi, mode, keuangan, pariwisata, transportasi dan sebagainya.
    Demikian pula dengan kebijakan pemerintah dalam suatu negara juga akan terus mengalami perubahan orientasi. Saat ini pemerintah cenderung lebih ramah dalam merumuskan regulasi penanaman modal. Kecenderungan itu terjadi karena pemerintah telah mengambil peran sebagai fasilitator dalam menunjang kegiatan penanaman modal. Kata penanaman modal bermakna lebih tinggi dari sekadar kata ekonomi. Jika dalam perumusan regulasi ekonomi lebih terkesan restriktif dan dominan, sementara dalam penyusunan regulasi penanaman modal, pemerintah lebih inferior dan membawa semangat liberalisme.
    Sehingga terhadap aktivitas penanaman modal yang sudah demikian mengglobal, pemerintah suatu negara lebih senang membuat kebijakan nasional yang dapat bersinergi dengan kebijakan internasional. Fungsi kontrol terhadap aktivitas penanaman modal yang mengglobal (yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat luas) semakin diserahkan secara terbuka kepada banyak pihak yang merasa berkepentingan. Apalagi saat ini tidak lagi berlaku motif ekonomi yang dulu dipropagandakan sebagai ujud kegiatan yang ekonomis, yakni bagaimana mencari keuntungan yang maksimal dengan modal (resiko) yang minimal. Motif itu kini semakin ditinggalkan karena sekarang sudah dianggap tidak optimal. Yang sekarang lebih dianggap relevan adalah Motif Penanaman Modal; "semakin tinggi resiko yang dihadapi, semakin tinggi keuntungan yang diraih". Alasan inilah yang menyebabkan bidang penanaman modal sangat berproses strategis dengan perkembangan peradaban umat manusia.

  3. Aspek Aksiologi.
    Ilmu Penanaman Modal akan memberikan manfaat yang sangat penting bagi tiga pilar negara, yakni pemerintah (government), swasta (private sector) dan masyarakat (public society). Bagi aparatur pemerintah, Ilmu Penanaman Modal akan membentuk karakter diri untuk selalu berorientasi memakmurkan dan menyejahterakan bangsa dan negara. Tentunya berdasarkan rumusan kebijakan dan penyelenggaraan layanan penanaman modal yang dibuat dan diselenggarakan secara mulia.
    Bagi kalangan swasta, Ilmu Penanaman Modal akan membentuk perilaku yang bertanggung jawab ketika merambah di dalam konstelasi iklim penanaman modal sehingga mampu menatakelolakan usahanya secara profesional dan penuh keteladanan. Selanjutnya bagi kalangan masyarakat, Ilmu Penanaman Modal akan membentuk sikap dan semangat positif dirinya dalam melibatkan diri maupun menerima manfaat serta dampak dari kegiatan penanaman modal di dalam kehidupan.
    Secara keseluruhan, Ilmu Penanaman Modal dapat membentuk "naluri penanaman modal" (investment instinct) bagi ketiga pilar negara menjadi baik, benar, adil, bijaksana dan bertanggung jawab tinggi terhadap bangsa dan negara namun memiliki kepekaan tinggi terhadap perubahan zaman.

Akhirnya dapat dimengerti bahwa Ilmu Penanaman Modal lebih memberikan terobosan baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Hal ini disebabkan penopang Ilmu Penanaman Modal terdiri dari kelompok ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial maupun ilmu terapan lainnya. Ambil contoh, misalnya untuk merumuskan kebijakan di sektor pertanian, maka kelompok pengetahuan yang mendukung selain ilmu pertanian dan teknologi pertanian, juga meliputi ilmu kebijakan publik, ilmu hukum, ilmu politik, ilmu filsafat, ilmu administrasi pemerintahan, ilmu perjanjian internasional, ilmu manajamen, ilmu komunikasi massa, dan berbagai ilmu pendukung lainnya.

Berdasarkan tiga aspek Filsafat Ilmu Penanaman Modal itu sendiri juga dapat dipahami bahwa Ilmu Penanaman Modal berperan dan berkemampuan sangat signifikan dalam membangun kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia. Hal itu tentunya sesuai dengan akidah Islam yang menggariskan bahwa hakekat dan eksistensi umat manusia akan tergantung dari pranata sosial yang dimiliki seseorang. Dan tentu saja tingkatannya tergantung dari kadar ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh masing-masing umat manusia. Sehingga, marilah menggali dan mengembangkan Ilmu Penanaman Modal sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Fitri Weningtyas & Gita Indrawanti

Roam to Rome Blog- Moving to Italy, Travel, Studying in Italy.