Jumat, 03 Juni 2011

MEMENEJ PENGUMPULAN ANGKA KREDIT

Penyakit WI pada umumnya lalai dalam pengumpulan angka kredit ditambah lagi kurang disiplin dalam administrasi dokumen bahan ajar termasuk surat tugas dan sudah melaksanakan tugas. Kita akan pusing tujuh keliling bila baru mengkompelasi dokumen mengajar kita 3 atau 6 bulan kemudian karena surat secarik kertas gampang nyelip kemana mana dan kitapun bingung dan celakanya bila berkas tersebut hilang dan tak diketemukan. Pengalaman saya pribadi itulah yg terjadi dengan saya yang selama tiga tahun tidak menyampaikan dupak ke LAN walaupun akhirnya berhasil juga di sampaikan dupak selama tiga tahun berturut turut setelah melalui perjuangan keras cari sana cari sini dokumen yang hilang.

Belajar dari pengalaman itu di tahun 2011 saya menertibkab diriku sendiri sebelum mengajar surat tugas sudah disiapkan dengan surat sudah tugas dan begitu selesai mengajar besoknya langsung disodorkan ke Kapus jadi amanlah kita tak pusing.

Saat ini saya dalam perjuangan agar dapat mengumpul angka kredit yg masih kurang pada profesi sebesar 16 angka,. Pusing juga ngumpulkan angka kredit profesi tetapi didapat jalan keluarnya dengan menulis KTI yg di dokumenkan di perpustakaan kantor setelah memperoleh katalok dari perpustakaan dan memasukan tulisan ilimiah ke website kompasiana. Hati hati memilih website harus berbadan hukum agar tulisan kita dinilai oleh LAN.

Jadi kesimpulan kalau ngak mau repot dan pusing tujuh keliling disiplinkan diri kita memenej dokumen pembelajaran setiap habis mengajar disuatu diklat, semoga berhasil

Rabu, 01 Juni 2011

Kiat Mengajar dengan Metode Bercerita

Suatu saat dalam perjalanan menggunakan pesawat garuda terbaca artikel di Majalah garuda bagaimana mengajar agar tidak membosankan dan terkesan menggurui. Dalam artikel tersebut dikatakan bila anda mengajar jangan terlalu teks book tetapi sampaikanlah dengan cara bercerita. Setelah saya terapkan memang membuahkan hasil peserta diklat merasa tertarik dan tidak membosankan karena setiap topik yang disampaikan diberikan dengan gaya bercerita.

Saya jadi ingat waktu kecil paman paman saya juga menceritakan tentang kancil yang didalamnya ada pesan moral seperti jangan mencuri ketimun pak tani tidak baik. Karen pola penyampaian pesan dengan cerita maka lebih mudah memahami dibandingkan dengan mengingatkan atau menegur jangan mencuri tanpa cerita. Daya serap anak dengan cerita lebih lengket tentu.

Kiat lainnya setelah kita bercerita tentang satu topik bahasan berikan perumpamaan atau contoh nyata yang ada disekitar kita atau yang aktual jadi perserta diklat lebih mudah memahami. Janganlah mengajar diklat seperti diperguruan tinggi kita kan penat sendiri belum tentu mudah dicerna. Ingat dalam diklat adalah pembelajaran orang dewasa bukan pembelajaran anak anak jadi mereka harus diperlakukan secara dewasa. Dalam pengalaman saya kadang mendengar komentar peserta memang kita anak kecil kok pakai dimarahi segala.

Pengalaman yang paling menarik selipkan dalam cerita juga cerita humor dan cerita tentang makna kehidupan untuk memberikan motivasi kepada peserta. Pada akhirnya saya dan mungkin juga anda akan membuktikan dengan metode bercerita kepada peserta pembelajaran lebih efektif dan peserta jauh dari penyakit kantuk malah akan terjadi suatu komunikasi yg interaktif, selamat mencoba semoga berhasil.

Roam to Rome Blog- Moving to Italy, Travel, Studying in Italy.